Ketika Pangeran Siddharta tumbuh dewasa, raja Suddhodana makin khawatir kalau ramalan petapa Asita dapat menjadi kenyataan. Atas petunjuk para penasihat kerajaan, Raja Suddhodana berniat menikahkan Pangeran Siddharta. Maka, diundanglah putri-putri dari seluruh negeri datang ke istana agar putranya dapat memilih salah satu dari mereka menjadi isterinya.
Para raja, Orang tua para putri yang diundang, menolak undangan
itu. Mereka menolak karena Pangeran Siddharta dianggap tidak memiliki
kemampuan selayaknya seorang kesatria, sehingga mereka khawatir
putrinya tidak dapat dilindungi oleh Pangeran Siddharta. Mendapat
jawaban demikian, Raja Suddhodana merasa tersinggung. Raja menemui
Pangeran Siddharta untuk meminta Pangeran Siddharta menunjukkan
kemampuannya sebagai seorang kesatria. Kemudian raja Suddhodana
memutuskan untuk mengadakan perlombaan ketangkasan seorang
kesatria yang diikuti oleh seluruh pangeran dari berbagai kerajaan.
Lomba yang dipertandingkan ialah balapan kuda, menaklukkan kuda liar,
bermain pedang, dan memanah. Di balapan kuda, Pangeran Siddharta
menunggangi kuda Kanthaka dan memenangi pertandingan. Demikian
pula dengan lomba menaklukkan kuda liar karena kekuatan cinta
kasihnya, Pangeran Siddharta mampu memenangi pertandingan. Di
permainan pedang, Pangeran Siddharta memenangkan pertandingan.
Pangeran juga memenangi lomba menebang pohon dengan sekali
tebas.
Dalam pertandingan terakhir, tak seorang pangeran pun yang
mampu mengangkat busur panah besar yang disediakan oleh kerajaan.
Pangeran Siddharta mampu mengangkat busur itu dengan tangan
kirinya. Kemudian, Dia memetik-metik tali busur itu dengan tangan
kanan-Nya untuk menyesuaikan. Suara getaran yang ditimbulkan
tali busur tersebut begitu kerasnya, sehingga gemanya terdengar di
seluruh wilayah Kerajaan Kapilavatthu.









0 komentar:
Posting Komentar