Dalam bahasa pali, tanpa diri disebtu anatta. Kebanyakan orang berharap dirinya kekal. Hal ini tentu tidak benar, karena selaga segala sesuatu berubah. Badan dan batin kita tidak kekal, selelu berubah, dan tidak bisa berdiri sendiri.
Orang yang merasa dirinya kekal,
biasanya egois. Ia merasa dirinya yang paling penting diantara semua orang di
dunia ini. Ia merasa dirinya paling hebat. Ia menganggap orang lain lebih
rendah daripada dirinya. Ia tidak peduli dengan orang lain. Ia ingin segala
keinginannya saja yang terpenuhi.
Padahal, jika kita lihat lagi. Kita
tidak bisa hidup seorang diri. Kita ada seperti sekarang ini karena jasa banyak
pihak. Coontohnya, kita bisa sehat karena makanan yang disediakan orang tua,
dan makanan yang terhidang ada berkat jasa dari para petani, para pedagang,
bahkan hewan-hewan yang ikut menyuburkan tanah. Kita butuh penjahit yang
membuat pakaian, kita butuh dokter saat sakit, kita butuh guru supaya pandai,
kita butuh tukang sampah agar lingkungan bresih dan sehat. Jika tidak,
kehidupan kita tentu tidak akan senyaman sekarang. Bayangkan kalau tidak ada
mereka semua, apakah kita bisa hidup enak?
Jadi, kita sebenarnya tidak bisa
hidup seorang diri, kita sealu memerlukan makhluk lain. Oleh sebab itu, semua
orang sama pentingnya. Tanpa makhluk lain kita ini bukan apa-apa, tanpa makluk
lain kita tidak bisa hidup. Jadi buat apa kita sombong dan merasa diri paling
hebat? Semua makhluk sama pentingnya. Semua makhluk ingin hidup, semua makhluk
ingin bahagia. Kita tidak boleh sombong dan egois. Kita juga harus selalu
memikirkan kebahgiaan makhluk lain karena kita saling tergantung.
Dalam praktiknya, anatta bisa
diartikan sebagai sikap tidak egois. Orang yang tidak egois, tidak menganggap
dirinya paling penting atau paling hebat. Ia tidak sombong. Ia rendah hati. Ia
juga tidak merasa harus diperhatikan, sehingga ia tidak banyak menuntut ini dan
itu. Ia tidak marah jika keinginanya tidka dipenuhi.







0 komentar:
Posting Komentar